Beranda | Artikel
Hidayah Adalah Karunia Ilahi
Rabu, 11 Oktober 2017

Khutbah Pertama:

إنَّ الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونتوب إليه ، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا ، من يهده الله فلا مضلَّ له ، ومن يضلل فلا هادي له ، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ، وأشهد أنَّ محمداً عبده ورسوله ؛ صلى الله وسلَّم عليه وعلى آله وأصحابه أجمعين .

أما بعد أيها المؤمنون عباد الله : اتقوا الله تعالى وراقبوه جل في علاه مراقبة من يعلم أن ربه يسمعه ويراه . وتقوى الله جل وعلا : عملٌ بطاعة الله على نورٍ من الله رجاء ثواب الله ، وتركٌ لمعصية الله على نورٍ من الله خيفة

عذاب الله .

Ayyuhal mukminun ibadallah,

Sesungguhnya hidayah adalah anugerah dan keutamaan dari Allah Jalla wa ‘Ala kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya.

وَإِنَّ اللَّهَ لَهَادِ الَّذِينَ آمَنُوا إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

“Dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.” [Quran Al-Hajj: 54]

وَأَنَّ الْفَضْلَ بِيَدِ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ

“Dan bahwasanya karunia itu adalah di tangan Allah. Dia berikan karunia itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” [Quran Al-Hadid: 29].

Semuanya berada di bawh kehendak Allah. Dialah sang pemiliki kuasa dan urusan. Siapa yang Allah beri hidayah, tak ada yang mampu menyesatkannya. Dan siapa yang Allah sesatkan, tak ada yang mampu memberinya petunjuk. Sang pemberi petunjuk adalah Allah. Tidak ada sekutu baginya. Manusia, bagaimanapun kedudukan, keutamaan, dan kecerdasannya, dia tidak memiliki hidayah untuk diberikan kepada orang lain. Walaupun orang tersebut orang terdekatnya.

Ayyuhal mukminun,

Apabila seorang muslim menyadari hal ini, maka ia akan berusaha memperkuat hubungannya dengan Allah Jalla wa ‘Ala. Kembali dan menghadapkan diri kepada Allah dengan ikhlas saat berdoa dan berharap.

Di antara nama Allah Jalla wa ‘Ala adalah al-Hadi (Maha Memberi Petunjuk). Sebagaimana firman Allah Tabaraka wa Ta’ala:

وَكَفَى بِرَبِّكَ هَادِيًا وَنَصِيرًا

“Dan cukuplah Tuhanmu menjadi Pemberi petunjuk dan Penolong.” [Quran Al-Furqon: 31].

Dalam firman-Nya yang lain:

وَإِنَّ اللَّهَ لَهَادِ الَّذِينَ آمَنُوا إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

“Dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.” [Quran Al-Hajj: 54].

Dan al-Hadi adalah salah satu dari nama Allah Ta’ala. Nama ini menunjukkan bahwa semua hidayah itu berada di tangan-Nya. Seorang hamba tidak akan mendapatkan hidayah dan selamat dari kesesatan serta teguh di atas jalan hidayah kecuali atas kehendak Allah Jalla wa ‘Ala. Dalam sebuah hadits qudsi, Allah Ta’ala berfirman,

يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلَّا مَنْ هَدَيْتُهُ، فَاسْتَهْدُونِي أَهْدِكُمْ

“Wahai hamba-hamba-Ku, kalia semua tersesat kecuali yang Aku beri petunjuk. Mintalah hidayah kepada-Ku, akan aku tunjuki kalian.”

Makna dari mintalah hidayah kepadaku adalah mintalah petunjuk hanya kepada-Ku. Karena hidayah itu di tangan Allah Subhana wa Ta’ala semata.

Ibadallah,

Betapapun seseorang itu memiliki semangat dan kedudukan tinggi di sisi manusia, hal ini tidak akan bermanfaat apabila Allah tidak menetapkan hidayah untuknya. Perhatikanlah bagaimana semangatnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam agar supaya pamannya Abu Thalib mendapatkan hidayah. Sang paman adalah orang yang sangat dekat dengan beliau. Dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri memiliki kedekatan dan kedudukan yang tinggi di sisi Allah. Tapi, Allah dengan hikmah-Nya tidak menetapkan hidayah kepada Abu Thalib. Maka kedudukan Abu Thalib di sisi Nabi. Dan kedudukan Nabi di sisi Allah, tidak membuahkan hasil yang Nabi harapkan. Karena apa? Hidayah di tangan Allah. Bukan pada manusia.

Renungkanlah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Muslim dan shahih keduanya, dari al-Musayyib bin Hazn radhiallahu ‘anhu:

Ketika Abu Thalib hendak wafat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam datang menemuinya. Dan di sisi Abu Thalib sudah duduk Abu Jahl dan Abdullah bin Abu Umayyah. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

(( يَا عَمِّ ؛ قُلْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ كَلِمَةً أُحَاجُّ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللَّهِ )) وفي رواية ((أَشْهَدُ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللَّهِ))

“Wahai paman, ucapkanlah laa ilaaha illallaah (tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah). Sebuah kalimat yang akan kujadikan hujjah untukmu di sisi Allah.” Dalam riwayat lain, “Yang kupersaksikan untukmu di sisi Allah.”

وهما يقولان : «بل على ملة عبد المطلب»

Abu Jahl dan Abdullah bin Abu Umayyah menimpali, “Apakah engkau benci dengan agamanya Abdul Muthalib?”

Kemudian Abu Thalib wafat di atas agama Abdul Muthalib. Ia enggan mengucapkan laa ilaaha illallaah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat bersedih. Kemudian, dengan kedudukan beliau di sisi Allah, beliau mengatakan,

(( أَمَا وَاللهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ مَا لَمْ أُنْهَ عَنْكَ )

“Demi Allah, pasti akan kumohonkan ampun untukmu selama aku tidak dilarang.”

Kemudian Allah Tabaraka wa Ta’ala menurunkan ayat:

{مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ} [التوبة:113]

“Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam.” [Quran At-Taubah: 113].

Dan Allah Tabaraka wa Ta’ala menurunkan ayat tentang Abu Thalib:

{إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ } [القصص:56] .

“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya.” [Quran Al-Qashash: 56].

Renungkanlah wahai orang-orang yang beriman! Allah Rabbul ‘alamin berfirman kepada Nabi-Nya, orang pilihan-Nya, dan kekasih-Nya:

{إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ }

“ Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi.”

Maksudnya, engkau tidak memiliki kekuasaan atas hidayah. Tidak pula mampu memberikannya kepada orang yang engkau cintai. Walaupun kedudukan orang tersebut dekat denganmu. Tahukah Anda bagaimana artinya paman beliau, Abu Thalib, bagi beliau? Dia adalah orang yang melindungi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sejak berusia 8 tahun sampai 8 tahun masa kenabian beliau. Artinya dari usia Nabi 8 tahun hingga 48 tahun, dijaga oleh Abu Thalib. 40 tahun! Ia selalu menyertai Nabi, melindungi, menlong, menghalangi, dan membela beliau dari orang-orang yang hendak menyakitinya. Ia memiliki kedudukan yang sangat berarti di hati Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga wajar apabila Nabi sangat menginginkan kalau pamannya mendapatkan hidayah. Akan tetapi hidayah itu di tangan Allah.

Serupa dengan ayat tadi, adalah firman Allah:

{ وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ } [يوسف:103]

“Dan sebahagian besar manusia tidak akan beriman — walaupun kamu sangat menginginkannya.” [Quran Yusuf: 103].

Kemudian firman-Nya:

{ لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ } [البقرة:272]

“Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya.” [Quran Al-Baqarah: 272].

Ya, betapapun hebat dan tingginya kedudukan manusia, dia tetap saja tak kuasa memberikan hidayah kepada siapapun yang dikehendakinya. Karena hidayah di tangan Allah

Ibadallah,

Dengan mengetahui dan menyadari hal ini akan membuat seseorang menjadi ikhlas dan segera kembali kepada Allah. Hanya meminta hidayah dari-Nya semata.

Ayyuhal mukminun,

Sadarilah betapa kita sangat membutuhkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kita sangat membutuhkan hidayah dari-Nya. Hidayah untuk meniti jalan yang lurus. Tidak ada seorang pun yang dapat memberikan hidayah kecuali hanya Dia.

Karena besarnya dan mendesaknya kebutuhan seseorang kepada hidayah Allah, Dia menjadikan permohonan hidayah ini pada momen utama, yaitu setiap kali shalat di siang dan malam hari. Dalam seitap shalat dan pada setiap rakaat, kita memohon hidayah kepada Allah. Mohon ditunjukkan jalan yang lurus. Permohonan itu terdapat dalam surat al-Fatihah yang merupakan surat paling utama dalam Alquran. Setiap hari kita mengucapkan:

{ اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ (7) }

“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” [Quran Al-Fatihah: 6-7].

Ayyuhal mukminun ibadallah,

Hidayah yang kita pinta kepada Allah mencakup beberapa hal. Ini perlu kita ketahui. Betapa banyak orang yang tidak mengetahui sesuatu yang terbaik untuk dia. Sehingga ia merugi dan terluput dari peluang kebaikan yang banyak.

فنسأل الله عز وجل أن يهدينا جميعاً إليه صراطاً مستقيما ، وأن يصلح لنا شأننا كله ، وأن لا يكلنا إلى أنفسنا طرفة عين إنه تبارك وتعالى سميع الدعاء وهو أهل الرجاء وهو حسبنا ونعم الوكيل .

Khutbah Kedua:

الحمد لله الهادي وحده لا شريك له يهدي من يشاء إلى صراط مستقيم ، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ، وأشهد أنَّ محمدًا عبده ورسوله ؛ صلى الله وسلم عليه وعلى آله وأصحابه أجمعين .

أما بعد أيها المؤمنون عباد الله : اتقوا الله تعالى فإن تقواه سعادة المرء وفلاحه في دنياه وأخراه .

Ibadallah,

Ada dua hal penting lainnya, yang perlu khotib sampaikan pada kesempatan khotbah yang singkat ini.

Pertama: Hendaknya kita bersikap menerima dengan penuh ketulusan terhadap apa yang Allah perintahkan dan segala yang Dia larang. Memohon hidayah kepada-Nya dengan menghadirkan hati dalam berdoa, tulus, ikhlas, dan berharap pada-Nya.

Kedua: Bersungguh-sungguh dalam mengerjakan amalan ketaatan dan menjauhi segala perbuatan dosa. Allah Jalla wa ‘Ala berfirman,

{ وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ } [العنكبوت:69] .

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” [Quran Al-Ankabut: 69].

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَعْجِزَنَّ ، وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا، وَلَكِنْ قُلْ قَدَّرَ اللهُ وَمَا شَاءَ فَعَلَ

“Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali engkau merasa lemah. Apabila engkau tertimpa musibah, janganlah engkau berkata, Seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini dan begitu, tetapi katakanlah, Ini telah ditakdirkan Allah, dan Allah berbuat apa saja yang Dia kehendaki.”

Ibadallah,

Marilah perbanyak meminta hidayah kepada Allah. Suatu hari, Ali bin Abu Thalib radhiallahu ‘anhu datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ali berkata, “Ajarkan aku suatu doa yang bisa aku berdoa kepada dengan doa itu.” Beliau bersabda,

قُلْ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالسَّدَادَ ، وَاذْكُرْ بِالْهُدَى هِدَايَتَكَ الطَّرِيقَ ، وَاذْكُرْ بِالسَّدَادِ تَسْدِيدَكَ السَّهْمَ

“Ucapkanlah: Allahumma as-alukal huda was sadad (Ya Allah berilah aku hidayah dan keteguhan dalam kebenaran). Hidayahmu adalah jalan dan keteguhanmu adalah lurusnya sasaran anak panah.”

نسأل الله العظيم الهادي من يشاء إلى صراط مستقيم أن يهدينا أجمعين وأن يهدي أهلينا وذرياتنا إليه صراطاً مستقيما ، وأن يثبِّـتنا على الهداية ، وأن يعيذنا من الضلال ، وأن يجنِّـبنا سبيل المغضوب عليهم والضالين ، وأن لا يكلنا إلى أنفسنا طرفة عين ، وأن يصلح لنا شأننا كله ، ما شاء الله لا قوة إلا بالله .

وصلُّوا – رعاكم الله – على محمد بن عبد الله كما أمركم الله بذلك فقال : ﴿ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً ﴾ [الأحزاب:٥٦] ، وقال صلى الله عليه وسلم : (( مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا)) .

اللهم صلِّ على محمد وعلى آل محمد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميدٌ مجيد ، وبارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد . وارض اللهم عن الخلفاء الراشدين الهداة المهديين ؛ أبي بكر وعمر وعثمان وعلي ، وارض اللهم عن الصحابة أجمعين ، وعن التابعين ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين ، وعنَّا معهم بمنّك وكرمك وإحسانك يا أكرم الأكرمين .

اللهم أعز الإسلام والمسلمين ، وأذلَّ الشرك والمشركين ، ودمِّر أعداء الدين ، واحمي حوزة الدين يا رب العالمين . اللهم أعنَّا ولا تُعن علينا ، وانصرنا ولا تنصر علينا ، وامكر لنا ولا تمكر علينا ، واهدنا ويسِّر الهدى لنا ، وانصرنا على من بغى علينا . اللهم اجعلنا لك ذاكرين لك شاكرين ، إليك أواهين منيبين ، لك مخبتين لك مطيعين . اللهم اهدنا ، واهد بنا ، واهد لنا ، ويسِّر الهدى لنا ، وأصلح لنا شأننا كله ولا تكلنا إلى أنفسنا طرفة عين . اللهم إنا نسألك الهدى والتقى والعفة والغنى . اللهم اهدنا فيمن هديت . اللهم إنا نعوذ بك أن نضِل أو نُضَل ، اللهم أعذنا من سبيل أهل الضلال من سبيل المغضوب عليهم والضالين يا رب العالمين . اللهم اهدنا إليك صراطا مستقيما ولا تكلنا إلى أنفسنا طرفة عين .

اللهم آمنا في أوطاننا وأصلح أئمتنا وولاة أمورنا ، واجعل ولايتنا فيمن خافك واتقاك واتبع رضاك يا رب العالمين . اللهم وفِّق ولي أمرنا لما تحب وترضى ، وأعِنه على البر والتقوى ، اللهم اهده إليك صراطاً مستقيما وأصلح له شأنه كله يا ذا الجلال والإكرام . اللهم ولِّ على المسلمين خيارهم واصرف عنهم شرارهم يا رب العالمين .

اللهم آت نفوسنا تقواها ، زكها أنت خير من زكاها ، أنت وليها ومولاها . اللهم اغفر لنا ولوالدينا وللمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات . ربنا إنا ظلمنا أنفسنا وإن لم تغفر لنا وترحمنا لنكونن من الخاسرين . ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار .

عباد الله : اذكروا الله يذكركم ، واشكروه على نعمه يزدكم ، ولذكر الله أكبر والله يعلم ما تصنعون .

Oleh tim KhotbahJumat.com
Artikel www.KhotbahJumat.com

Print Friendly, PDF & Email

Artikel asli: https://khotbahjumat.com/4774-hidayah-adalah-karunia-ilahi.html